KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KEBUMEN

Indahnya Hidup Rukun: Pesan dari Mazmur 133

Shalom, Sobat Rohani!

Hidup di tengah keberagaman sering kali menjadi tantangan tersendiri. Perbedaan latar belakang, pendapat, bahkan kebiasaan dapat memicu gesekan yang mengganggu keharmonisan. Namun, di sisi lain, keberagaman juga bisa menjadi anugerah yang indah ketika diikat oleh kasih dan kerukunan. Di sinilah kita diingatkan oleh firman Tuhan dalam Mazmur 133 tentang betapa berharganya hidup rukun sebagai saudara seiman.

Berada di tempat yang sama belum tentu berarti memiliki kebersamaan. Melakukan sesuatu bersama pun tidak selalu menunjukkan kesatuan hati. Tak jarang, kebersamaan yang hanya dibatasi oleh ruang dan aktivitas justru menimbulkan gesekan yang memecah persaudaraan. Karena itu, yang lebih penting bukanlah di mana kita bersama, melainkan bagaimana kita hidup dalam kebersamaan itu. Bukan tentang seberapa banyak hal yang kita kerjakan bersama, melainkan bagaimana kita menaruh hati dalam kasih yang sama.

Mazmur 133 mengajarkan kepada kita bagaimana Tuhan memandang kebersamaan yang sejati. Tema ini sejalan dengan semangat membangun komunitas yang kuat, sebab kebersamaan yang benar akan selalu membawa berkat, bukan pertikaian. Mazmur ini memang pendek, tetapi sarat makna—indah secara bahasa dan dalam secara teologis.

Kata “saudara-saudara” dalam ayat pertama dapat dipahami bukan hanya dalam konteks keluarga inti, melainkan juga menunjuk pada sesama umat Tuhan. Mazmur ini termasuk dalam kelompok Mazmur Ziarah—nyanyian yang dinyanyikan umat Israel ketika mereka naik ke Yerusalem untuk beribadah di Bait Allah. Saat itu, umat dari berbagai daerah dan suku berkumpul dengan satu tujuan yang sama: menyembah Tuhan. Di tengah keberagaman latar belakang, mereka diingatkan bahwa mereka adalah saudara seiman yang disatukan oleh kasih Tuhan. Semua perbedaan melebur dalam satu identitas sebagai umat pilihan-Nya.

Mazmur ini juga menjadi pengingat yang sangat praktis. Ketika ribuan orang datang ke Yerusalem, suasananya tentu padat dan panas. Dalam situasi seperti itu, mudah sekali muncul pertengkaran kecil, rasa tidak sabar, atau keinginan untuk mementingkan diri sendiri. Karena itu Daud menulis mazmur ini untuk mengingatkan: betapa indahnya hidup bersama dengan rukun di hadapan Tuhan. Kebersamaan yang sejati bukan sekadar berada di tempat yang sama, tetapi hidup dalam kesatuan hati yang penuh kasih. Itulah yang disebut pemazmur sebagai sesuatu yang “baik dan menyenangkan.” Dua kata ini menggambarkan kebersamaan yang tidak hanya benar di mata Tuhan, tetapi juga membawa sukacita bagi setiap orang yang mengalaminya.

Pemazmur menggambarkan keindahan itu dengan dua ilustrasi. Pertama, minyak yang dituangkan di atas kepala Harun hingga mengalir ke janggut dan jubahnya. Dalam budaya Israel, minyak melambangkan sukacita dan kekudusan. Minyak yang dimaksud di sini bukan minyak biasa, melainkan minyak kudus yang hanya digunakan untuk mengurapi para imam. Minyak itu harum, berharga, dan melimpah—menggambarkan bahwa kebersamaan sejati membawa keharuman dan kelimpahan berkat bagi banyak orang. Kebersamaan yang dipenuhi kasih menghadirkan suasana yang menyenangkan dan menyejukkan.

Kedua, embun dari Gunung Hermon yang turun ke atas pegunungan Sion. Embun Hermon menjadi simbol kesuburan dan berkat Tuhan karena dari gunung itu mengalir sumber air yang memberi kehidupan bagi Sungai Yordan, sumber utama bagi Israel. Embun itu menggambarkan kesejukan, kesegaran, dan kehadiran Tuhan yang memberi kehidupan. Demikianlah kebersamaan yang sejati: menghadirkan kesejukan, menumbuhkan kehidupan, dan menjadi saluran berkat bagi sesama.

Namun pemazmur menutup mazmur ini dengan sebuah penegasan penting: berkat sejati tidak bersumber dari kebersamaan itu sendiri, melainkan dari Tuhan. Dialah yang memerintahkan berkat turun di Sion. Artinya, segala kebaikan dan kesatuan berasal dari Tuhan. Seperti minyak yang mengalir dari atas dan embun yang turun dari gunung yang tinggi, demikianlah berkat Tuhan mengalir kepada umat-Nya yang hidup rukun. Kebersamaan menjadi wadah bagi berkat itu dicurahkan. Ketika umat hidup dalam kasih dan kesatuan, mereka sedang membuka jalan bagi turunnya berkat Tuhan.

Dalam terang Perjanjian Baru, kesatuan itu digenapi di dalam Kristus Yesus. Dia adalah Kepala Gereja yang menyatukan semua anggota tubuh menjadi satu. Melalui karya penebusan-Nya, segala perbedaan diruntuhkan, dan semua orang percaya disatukan dalam kasih Kristus. Karena itu, setiap bentuk perpecahan di antara umat Tuhan sejatinya adalah bentuk pengabaian terhadap karya Kristus di salib. Kesatuan kita di dalam Kristus jauh lebih penting daripada perbedaan-perbedaan kecil di antara kita.

Mazmur 133 menegaskan bahwa kebersamaan sejati bukan hanya tentang berada di tempat yang sama, melainkan bersatu hati dalam kasih Tuhan. Di situlah keindahan dan berkat sejati mengalir. Mari kita pelihara kerukunan itu dengan rendah hati, saling menghargai, dan saling mengasihi, sebab di sanalah Tuhan memerintahkan berkat-Nya, kehidupan untuk selama-lamanya. Soli Deo Gloria.

Gracia Mardi Hanani, S.Th. – Penyuluh Agama Kristen Kabupaten Kebumen

Berita Terpopuler

Galeri

Galeri

3 Videos
ℹ️
Edit Template

Website resmi Kementerian Agama Kabupaten Kebumen

Nilai Pelayanan Kami DIsini

📊 Statistik Kunjungan

  • Hari Ini: 8
  • Kemarin: 64
  • Total: 8040

© 2025 Kementerian Agama Kabupaten Kebumen

Ini adalah website resmi Kementerian Agama Kabupaten Kebumen

Recent Posts

  • All Posts
  • Artikel
  • Berita
    •   Back
    • Bimas
    • Garazawa
    • Haji
    • PAIS
    • Penmad
    • Pontren
    • Subbagtu
    • Umum
    • MIN 1 Kebumen
    • MIN 2 Kebumen
    • MIN 3 Kebumen
    • MIN 4 Kebumen
    • MTsN 1 Kebumen
    • MTsN 2 Kebumen
    • MTsN 3 Kebumen
    • MTsN 4 Kebumen
    • MTsN 5 Kebumen
    • MTsN 6 Kebumen
    • MTsN 7 Kebumen
    • MTsN 8 Kebumen
    • MAN 1 Kebumen
    • MAN 2 Kebumen
    • MAN 3 Kebumen
    • MAN 4 Kebumen
    •   Back
    • Islam
    • Kristen
    • Katholik
    • Budha

© 2025 Kementerian Agama Kabupaten Kebumen