KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KEBUMEN

Puja Bakti Menjadi Sarana Pembinaan Diri

Penyuluh Buddha Kabupaten Kebumen – Sebagian umat Buddha menganggap ritual puja bakti menjadi hal yang tidak penting. Pemikiran ini muncul dari perspektif bahwa penghormatan tertinggi kepada Buddha adalah dengan mempraktikkan Dhamma seperti yang tertulis dalam kitab Mahaparinibbana Sutta. Ada juga mereka yang kurang tepat dalam memahami makna yang terkandung dalam Syair Dhammapadake 271, yang berbunyi “Tidak dengan hanya melakukan ritual dan upacara seseorang menjadi suci. Yang benar-benar suci adalah mereka yang mengakhiri noda batin.” Karena makna dari ayat diatas sebenarnya adalah ritual-ritual jaman dahulu yang mengorbankan makhluk hidup ataupun menimbulkan kesia-siaan, sehingga itu dapat menimbulkan kekotoran batin.

        Berbeda dengan upacara atau puja bakti yang kita jalankan saat ini, yaitu puja yang kita lakukan adalah bentuk praktik dari mengulang ajaran Buddha dan lebih menitik beratkan kepada pembinaan diri dan menambah Kebajikan. Contoh halnya seperti puja bakti yang dilakukan dalam tradisi Theravada dalam puja bakti mereka membaca dan mengulang sutta, misalnya Karaniya Metta Sutta, Ratana Sutta, Manggala Sutta dan sutta-sutta lainnya.

         Dalam Puja bakti yang kita lakukan ada beberapa halyang kita latih anatara lain kesabaran. Ketika pemimpin puja bakti lama saat meditasi atau membaca paritta atau sutta yang Panjang itu bentuk bagaimana kita melatih kesabaran. Saat membaca paritta juga melatih Konsentrasi, ketika membaca paritta apakah kita tetap fokus pada paritta yang kita baca atau pikiran kita melayang entah kemana. Selain itu ketika puja bakti kita menambah Kebajikan melalui pembacaan paritta yang berisi ajaran Buddha, meditasi dan juga berdana saat menyanyikan gita dana paramita.

        Sehingga kurang tepat saat ini jika Puja bakti atau ritula tidak penting atau di anggap sebagai noda batin. Karena banyak hal baik yang dapat kita lakukan melalui puja bakti, ini juga dapat kita lihat bahwa Bhikkhu Sangha pun masih melakukannya yaitu Chanting pagi dan sore hari. Ini menunjukkan bahwa Puja baktipun menjadi sarana yang tepat untuk melatih diri bagi kita yang masih tahap belajar.

Mungkin akan berbeda lagi bagi mereka yang sudah mencapai tingkat pencerahan tertentu sehingga ritual bukan menjadi prioritas untuk sarana latihan atau pembinaan diri. Tetapi bagi kita para siswa yang batin belum mencapai pencerahan, yang masih belum mampu mengendalikan batin dan pikiran, belum memiliki keyakinan yang kuat, maka Puja bakti adalah sarana yang tepat untuk membina diri.

        Puja bakti bukan hanya persembahan lahiriah (bunga, dupa, lilin), tetapi persembahan batin melalui pelaksanaan kebajikan, meditasi, dan kebijaksanaan. Manfaatnya adalah meningkatnya kebersihan batin dan kedekatan dengan sifat-sifat luhur Sang Buddha. Selain itu Melakukan puja bakti menumbuhkan ketenangan batin (samatha), menghapus rasa takut, dan memperkuat keyakinan pada Tiratana (Tiga Permata). Puja yang disertai perenungan menumbuhkan kebahagiaan dan rasa damai yang mendalam. Dalam Mahanama Sutta (Aṅguttara Nikāya 6.10) Sang Buddha menjelaskan kepada Mahānāma bahwa “Dengan mengingat Buddha, Dhamma, dan Saṅgha secara tulus, pikiran menjadi tenang, terang, dan terbebas dari ketakutan.”

Teguh Prassetya, S.Dt.B

(Penyuluh Buddha, Kab. Kebumen)

Berita Terpopuler

Galeri

Galeri

3 Videos
ℹ️
Edit Template

Website resmi Kementerian Agama Kabupaten Kebumen

Nilai Pelayanan Kami DIsini

© 2025 Kementerian Agama Kabupaten Kebumen