KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KEBUMEN

INFO CERIA

📌 Buddha

Artikel
Khafid Ashari

Membangun Keluarga Harmonis Berlandaskan Buddha Dharma

Dalam agama Buddha system kemasyarakatan dibagi menjadi dua yaitu perumah tangga (Garavasa) dan kehidupan meninggalkan rumah yang disebut dengan Pabbajita. Kehidupan Pabajjita fokus dalam pembinaan diri dan pembinaan umat serta penuh kesederhanaan. Sedangkan para perumah tangga sebagian besar hidupnya penuh keduniawian. sehingga umat perumah tangga perlu bimbingan dari Pabajjita yang dalam hal ini adalah Anggota Sangha. Para umat yang memilih menjadi Gravasa membentuk keluarga kecil sebagai tempat bagi seseorang untuk belajar, berlatih, dan mengembangkan kebajikan. Hubungan keluarga bukan hanya ikatan darah, tetapi juga hasil dari hukum kamma (karma), di mana pertemuan dan kebersamaan anggota keluarga adalah buah dari perbuatan di masa lampau. Orang tua, pasangan, maupun anak-anak saling menjadi sarana berlatih kesabaran, cinta kasih (mettā), dan kasih sayang (karuṇā). Dengan saling menghormati, melindungi, dan menolong, terciptalah keharmonisan keluarga sekaligus kesempatan menambah pahala kebajikan. Orang tua digambarkan sebagai ‘Timur’ bagi anak-anaknya, yang berarti mereka adalah awal, sumber bimbingan dan perlindungan. Suami adalah ‘Barat’ bagi istrinya, yang berarti ia adalah penutup, pelindung dan penanggung jawab keluarga. Istri adalah ‘Timur’ bagi suaminya, memberikan dukungan, kasih sayang, dan kehangatan dalam rumah tangga. (Dīgha Nikāya 31 (Sigālovāda Sutta)) Dengan tercapainya hal-hal di atas maka keluarga bahagia dapat tercapai, bukan hanya sebagai impian belaka. ntuk menjaga keharmonisan dalam keluarga dapat dilakukan dengan beberapa hal, antara lain: (1) Saling menghormati dan menghargai, (2) Menjalankan komunikasi dengan penuh cinta kasih (mettā-vācā). (3) Mengendalikan diri sesuai sila, sehingga tidak menyakiti satu sama lain. (4) Menumbuhkan kemurahan hati dan kebersamaan. (5) Berlatih kesabaran dan pengertian dalam menghadapi perbedaan. Menjaga keharmonisan keluarga adalah bagian dari praktik Dhamma sehari-hari, yang membawa kedamaian di rumah tangga dan menjadi bekal menuju kebahagiaan sejati. By. Teguh Prassetya, Penyuluh Buddha Kab. Kebumen

Read More »
Artikel
Faozan

Relevansi Nilai-Nilai Pancasila dalam Era Digital dan Global

‘Ini adalah moralitas, ini adalah konsentrasi, ini adalah kebijaksanaan. Konsentrasi, ketika disertai moralitas, akan menghasilkan buah dan manfaat besar. Kebijaksanaan, ketika disertai konsentrasi, akan menghasilkan buah dan manfaat besar. Pikiran yang disertai kebijaksanaan akan secara total terbebas dari kekotoran, yaitu, kekotoran indria, penjelmaan, pandangan salah, dan kebodohan.’ (DN 16: Mahāparinibbāna Sutta) Sila di dalam Buddhisme merupakan bentuk kemoralan, Kemoralan merupakan dasar aturan latihan yang terdiri dari lima Latihan yang biasa disebut Pancasila. lima aturan ini untuk melatih seseorang agar dapat mengendalikan perbuatannya dan melindungi dirinya dari perbuatan jahat dan akibat dari perbuatan jahat. Pancasila Buddhis yang terdiri dari Lima sila yaitu: (1) Aku bertekad melatih menahan diri dari membunuh makhluk hidup, (2)Aku bertekad melatih menahan diri dari mengambil barang yang tak diberikan, (3) Aku bertekad melatih menahan diri dari perbuatan asusila, (4) Aku bertekad melatih menahan diri dari bicara yang tidak benar, (5) Aku bertekad melatih menahan diri dari tidak makan makanan/minuman yang dapat menyebabkan lemahnya kewaspadaan. Pancasila sebagai wujud perlindung bagi orang yang melaksanakannya, merupakan hal yang dibutuhkan. Dengan adanya Pancasila Buddhis sebagai landasan umat Buddha dalam menjalani kehidupan sehari-hari dapat dijadikan system control bagi kita agar tidak terbawa arus kemajuan teknologi di Era digital dan Global. Sehingga Pancasila Buddhis Bukan hanya relevan tetapi justru dibutuhkan. Memiliki moralitas yang baik sangat dibutuhkan agar bisa berjalan beriringan dengan perkembangan teknologi di Era digital saat ini agar tidak tergerus dalam perkembangan digital dan akhirnya terjerumus ke hal yang negative. Perlu diketahui arah perkembangan era digital tidak hanya menyasar bagi orang tua tetapi juga pada pemuda, remaja serta anak-anak. Dan dampak yang di timbulkan bukan hanya positif tetapi juga negative, sehingga perlu adanya pembatas sebagai pelindung agar era Digital membawa hal yang positif bagi kita  yaitu dengan pelaksanaan praktik Pancasila Buddhis. Kita tahu bahwa saat di Era Digital dan Global manusia tidak dapat terlepas dari media sosial dalam aspek kehidupan sehari-hari, baik untuk mengabarkan sesuatu, mencari penghasilan dan lain sebagainya. Sehingga jika tidak ada pembatasan atau pedoman serta perlindungan diri melalui praktik Sila, maka akan menimbulkan kerugian bagi diri sendiri ataupun orang lain. Moralitas Buddhis yang terwujud dalam Pancasila Buddhis menjadi landasan dan Perlindungan yang Relevan serta dibutuhkan agar umat tidak terperosok ke dalam penderitaan di Era Digital dan Global. Buddha mengajarkan moralitas dengan tujuan berikut: Sīlena sugatiṁ, Sīlena bhogasampadā, Sīlena nībbutiṁ, Tasmā sīlaṁ visodhaye, Yang artinya: Dengan merawat Sila, tercapai alam bahagia. Dengan merawat Sila, diperoleh kekayaan (lahir dan batin), Dengan merawat Sila, tercapai padamnya kilesa (kekotoran batin). Oleh karena itu, rawatlah Sila dengan sempurna. Buddha Juga menegaskan dalam Kitab Māhaparinībbānā Suttā ada 5 manfaat dari pelaksaan sila. Yaitu: mendapatkan kekayaan yang berlimpah melalui usaha yang giat dan tekun, reputasi baiknya tersebar luas, penuh percaya diri dalam pergaulan, meninggal dengan tenang, dan setelah meninggal dunia terlahir kembali di alam surga. Teguh Prassetya, S.Dt.B Penyuluh Buddha, Kab. Kebumen

Read More »

Website resmi Kementerian Agama Kabupaten Kebumen

Nilai Pelayanan Kami DIsini

📊 Statistik Kunjungan

  • Hari Ini: 2
  • Kemarin: 47
  • Total: 1725

© 2025 Kementerian Agama Kabupaten Kebumen

Ini adalah website resmi Kementerian Agama Kabupaten Kebumen

© 2025 Kementerian Agama Kabupaten Kebumen