Tanjungsari-Salah satu materi pembelajaran (Kompetensi Dasar) di Madrasah Ibtidaiyah adalah membuat karya kerajinan batik berdasarkan motif hias daerah. Untuk mewujudkannya para siswa MIN Tanjungsari Petanahan belajar praktek membatik dengan mengundang 4 Guru membatik dari Rumah Inklusif Kebumen yaitu YS Khusna Sa’adah, Siti Rohmah, Beni Lestari, dan Miftahurrohman, Sabtu (28/10).
“Kami senang melihat para siswa MIN Tanjungsari sangat antusias dan bersemangat memperhatikan penjelasan kami tentang batik dan dilanjutkan dengan praktek membatik di atas kain. Kami berharap kegiatan-kegiatan seperti ini dapat lebih sering dilaksanakan demi kualitas pendidikan di MIN Tanjungsari”, terang Khusna.
Menurut wali kelas VI Puji Astuti SAg, batik telah ditetapkan sebagai warisan dunia pada 2009 oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB yang merupakan merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945.
Ditetapkannya batik sesuai dengan tujuan UNESCO tersebut salah satunya untuk mendukung perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki.
Kepala MIN Tanjungsari H Makruf Widodo SAg MPdI sangat mendukung kegiatan tersebut walaupun dilaksanakan bukan saat Hari Batik Nasional. Menurutnya, penetapan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO ini menjadikan Pemerintah Indonesia menetapkan Hari Batik Nasional setiap tanggal 2 Oktober. Pada tanggal itu, beragam lapisan masyarakat dari pejabat pemerintah dan pegawai BUMN hingga pelajar disarankan untuk mengenakan batik. “Maka untuk lebih mengenal batik, kami adakan kegiatan seperti ini,” pungkasnya.(kh/pt)