Kebumen – Sebanyak 44 guru perwakilan 11 Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang tergabung dalam Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Buluspesantren dan Klirong mengikuti Workshop Implementasi Kurikulum Merdeka. Ini dilaksanakan sebagai persiapan menyambut diterapkannya Kurikulum Merdeka pada Tahun Pelajaran 2023/2024.
Tujuan utamanya adalah membekali guru dalam memahami regulasi baru terkait kebijakan-kebijakan dalam dunia pendidikan, utamanya dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Hal ini mengingat pada jenjang Madrasah Ibtidaiyah (MI), penerapan Kurikulum Merdeka merupakan tahun pertama. Sehingga dibutuhkan pemahaman secara mendalam agar seluruh warga madrasah siap menerapkan Kurikulum Merdeka dengan maksimal.
Kegiatan dibuka secara langsung Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kemenag Kabupaten Kebumen H. Khamid, M.Pd.I. Hadir sebagai narasumber dosen Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen Dr. Mariyanto, M.Sc dan Nur Hidayah M, Pd.
Workshop yang dilaksanakan selama tiga hari ini dimulai pada Senin, 3 Juli 2023 dan ditutup pada Rabu, 5 Juli 2023 di MI KHR Ilyas Tanjungrejo Kecamatan Buluspesantren.
“Bukan setiap ganti menteri lantas ganti kurikulum, tetapi ada faktor psikologis dan budaya sebagai pertimbangan penetapan kurikulum. Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan pada setiap madrasah untuk mengelola pendidikannya sesuai karakteristik sosial budaya lingkungan madrasah tersebut.” Ungkap H. Khamid saat membuka kegiatan workshop.
Selama tiga hari kegiatan berlangsung seluruh peserta sangat antusias. Kegiatan dibagi menjadi dua kelas. Kelas A dipandu Nur Hidayah dengan peserta guru kelas satu dan kepala madrasah. Sementara kelas B dipandu. Maryanto dengan peserta guru kelas empat dan guru PJOK. Masing-masing kelas dibentuk kelompok untuk berdiskusi dan mempresentasikan tugas-tugas dari pemateri. Presentasi tersebut akan ditanggapi oleh kelompok lain untuk mencari solusi terbaik bersama.
Banyak hal baru yang didapatkan selama kegiatan workshop. Selain materi IKM, peserta diajak bermain. Nama permainannya “Menjadi Penjaga Rahasia”. Semua peserta terlibat aktif dalam permainan ini. Masing-masing peserta harus saling mengenal. Peserta mengambil gulungan kertas yang tertulis nama masing-masing peserta serta merahasiakan nama teman yang akan dijaga. Tugasnya adalah menjaga teman yang ditemukan namanya dalam gulungan kertas tersebut. Memastikan teman yang dijaga harus terlindungi dan nyaman selama belajar. Permainan ini nantinya bisa diterapkan pada anak-anak untuk memupuk rasa empati pada teman dan lingkungan sekitarnya. (pse/fz).